oleh Azizatul Qolbi

MenolakTua! Mungkin itulah definisi yang cocok untuk menggambarkan sosok Johny English. Tokoh utama dalam film Johny English Strike Again yang diperankan oleh Rowan Atkinson. Sosoknya yang lucu membuat film ini menjadi hidup dan berhasil mengocok perut penonton dari awal hingga akhir. Film ini merupakan part ketiga dari film seri komedi Johny English yang disutradarai oleh David Kerr. Jika pada film Johny English Reborn (2011) sebelumnya Atkinson beraksi menggagalkan rencana pembunuhan terhadap Chinese Premier, pejabat tinggi di Tiongkok, kali ini ia dihadapkan pada permasalahan cyber crime.

Film ini dibuka dengan konflik yang menyerang Britania dari sisi dunia maya. Kondisi negara yang kocar-kacir mengharuskan perdana menteri (Emma Thompson) memanggil kembali Johny ke markas M17 sebagai agen rahasia. Saat itu, dirinya sudah berusia 63 tahun dan telah pensiun bertahun-tahun. Johny dipekerjakan kembali karena identitas dirinya tidak dapat dilacak oleh sang peretas. Mulanya, bukan hanya Johny yang dipanggil. Pensiunan agen M17 lainnya turut dipanggil. Hanya saja, saat tengah menikmati jamuan, Johny dengan tingkah semborononya meledakkan bom 5 detik yang menewaskan rekan-rekannya.
Lawan main dari Johny sendiri adalah Jason Volta, seorang pemuda gagah ahli algoritma yang diperankan oleh Jake Lacy, dan wanita agen rahasia Rusia bernama Ophelia Bulethova yang diperankan oleh Olga Kurylenko, seorang aktris asal London. Awalnya, Ophelia dan Jason bekerja sama untuk menghancurkan Britania, akan tetapi di akhir cerita, Johny berhasil mengubah pikiran Ophelia untuk bergabung dengannya.
Jika orang beranggapan kejahatan cyber hanya bisa dilawan melalui dunia maya, maka berbeda dengan yang ditampilkan dalam film ini. Johny, seorang pensiunan M17 membuktikan bahwa kecerdasan dan kecerdikan akal dapat mengalahkan kacanggihan teknologi. Dalam melawan Jason, dirinya tidak menggunakan jaringan internet sama sekali. Bahkan, ketika ditawari telepon pintar dan mobil keluaran terbaru, ia menolak dan lebih memiliki alat-alat kuno seperti yang ia gunakan di film Johny English delapan tahun silam. Kekonyolan justru terjadi ketika ia diajari menggunakan virtual reality. Ia menyalahgunakannya dan dipakai di jalanan raya London yang sedang padat aktivitas. Bukannya mendapatkan simulasi menerobos ahli teknologi, ia justru membuat kekacauan besar-besaran. Kecerobohan dan ke-gaptek-an Johny sempat membuat perdana menteri marah dan mengusirnya. Namun, Bough, teman Johny (diperankan oleh Ben Miller) berhasil meyakinkan Johny agar dirinya tetap tinggal dan menyelamatkan Inggris dari serangan sang peretas yang tak lain adalah Jason, orang kepercayaan perdana menteri.
Mengambil setting tempat di London, Prancis, Scotlandia, dan Moskow film ini tidak menawarkan banyak konflik. Bisa dibilang, alur yang ditampilkan tidak begitu rumit dan penonton tidak akan menemukan twist ending di sini. Bahkan bisa dikatakan film ini memiliki ending yang receh menimbulkan pertanyaan. Mungkin sutradara sengaja membuat demikian untuk memunculkan rasa penasaran dan akan dijawab pada seri Johny English selanjutnya.
Topik cyber crime yang diangkat pun tidak digambarkan begitu detail. Nampaknya, sang sutradara memang menyajikan film ini sebagai tontonan yang menghibur dan mengandung unsur edukatif dengan menonjolkan sisi kebrilianan seorang Johny. Lebih jauh, penonton akan disadarkan bahwa tidak selamanya teknologi dapat berkuasa. Jason dengan mottonya living for data justru tidak berdaya ketika jaringan internet yang telah dibuat sedemikian rupa untuk mengendalikan dunia dihancurkan dengan sekali ledak. Namun, Johny dengan ke-gaptekan-nya justru mampu survive dalam segala keterbatasan dan kesederhanaannya. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi besar dalam dirinya lebih dari yang mereka kira. Di era millenial, manusia justru mendewakan kecanggihan teknologi dan jarigan internet.
Sebagai penonton, tentu setelah menonton tayangan ini akan kembali tertawa dan terngiang kekonyolan yang diperbuat oleh Johny di sepanjang filmnya. Semua orang pasti setuju jika saya mengatakan Atkinson adalah bintang komedi legendaris dunia. Selebihnya, saya merekomendasikan film ini untuk ditonton oleh siapa saja. Cukup kosongkan pikiran Anda dan nikmati film ini mulai awal hingga akhir. Tertawalah sepuasnya dan ambil hikmah sebanyak-banyaknya.
Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia dan Juara Harapan 1 Kompetisi Penulisan Pustaka Majalah Komunikasi