Assalamulaikum Wr. Wb.
Perkenalkan saya mahasiswi FE UM. Sejak kecil saya memiliki beberapa sahabat baik, mereka bilang saya adalah seorang introvert terutama bila dilihat bahwa saya hanya memiliki sedikit teman, kurang suka menghabiskan waktu ramai-ramai. Dulu saya pikir itu tak menjadi masalah, karena saya merasa cukup beruntung memiliki beberapa sahabat yang bisa mengerti saya. Di mulai pada tahun 2017, karena suatu masalah saya dan salah satu sahabat bertengkar hebat perihal kepercayaan. Dia adalah sahabat yang paling dekat bahkan sudah seperti keluarga, kecewa terasa berat sekali. Sejak saat itu saya lebih menjadi penyendiri dan selalu merasa semua orang mungkin tak suka dengan saya. Di tempat ramai pun terasa sepi. Saya memiliki ketakutan yang sangat untuk mempercayai orang lain. Terkait kondisi yang saya alami, apakah ada kritik, saran dan jalan keluar yang dapat diberikan sebagai solusi?
Terima kasih untuk waktu dan kesempatan yang diberikan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Waalaikumsalam Wr. Wb.
Berdasarkan cerita Ananda, meskipun memiliki kepribadian introvert dan memiliki sedikit sahabat, tetapi tetap merasa nyaman dan tidak ada masalah sebelumnya. Masalah baru dirasakan ketika ada pertengkaran dengan sahabat tentang kepercayaan. Kondisi ini terkait dengan kurangnya kemampuan Ananda (dan bisa juga sahabat Ananda) dalam penyelesaian konflik. Dan ketika Ananda mengembangkan rasa tidak percaya kepada semua orang, maka Ananda melakukan over generalisasi.
Kepribadian introvert seringkali dianggap sebagai kepribadian yang kurang baik, padahal setiap tipe kepribadian memiliki kelebihan dan kelemahan yang membuat seseorang itu unik dan khas. Orang dengan kepribadian introvert memang cenderung suka menyendiri, memilih memiliki sedikit teman yang akrab daripada memiliki teman banyak, cenderung kurang asertif, kurang aktif mengikuti aktivitas yang melibatkan banyak orang atau yang menuntut tampil didepan umum. Namun, mereka biasanya merupakan orang yang suka dengan aktivitas yang menggunakan proses berpikir mendalam, wawasan luas karena suka membaca buku, mampu berkonsentrasi terhadap suatu aktivitas yang disukainya dan suka membuat konsep atau kegiatan di balik layar. Sehingga Ananda tidak perlu merasa kurang percaya diri dengan kepribadian Ananda. Hal yang menjadi kelebihan dapat dipertahankan dan ditingkatkan, sedangkan hal yang menjadi kelemahan bisa dikembangkan agar dapat optimal dalam menjalani kehidupan.
Sikap Ananda dalam menyelesaikan konflik ada hubungannya juga kepribadian, yaitu cenderung memikirkan masalah secara subjektif, memendam permasalahan, menyalahkan diri sendiri, dan tidak mengahadapi orang lain secara langsung. Strategi resolusi konflik ini disebut avoidance. Resolusi ini kurang efektif karena menekan konflik sehingga tidak bersifat terbuka, tetapi sebenarnya pihak yang berkonflik masih terasa.
Untuk mengatasi hal ini, Ananda dapat memilih menggunakan resolusi kolaborasi (win-win solution). Pada awalnya akan terasa sulit, tetapi ini dapat dipelajari dan dibiasakan, sehingga ketika ada permasalahan baru, Ananda dapat menyelesaikannya dengan baik. Berikut langkah-langkah yang dapat Ananda lakukan:

  1. Renungkan kembali pertengkaran dengan sahabat Ananda, cari sumber masalahnya (apakah hanya karena salah persepsi? atau salah dalam berkomunikasi?), pikirkan cara-cara untuk menyelesaikan sumber masalah tersebut, jangan menyalahkan orang lain.
  2. Bertemulah dengan sahabat Ananda, sampaikan bagaimana perasaan, pikiran dan harapan serta gagasan Ananda tentang cara menyelesaikan konflik.
  3. Dengarkan dengan penuh perhatian dan kepala dingin apa yang disampaikan sahabat Ananda. Saling meminta maaf dan memaafkan. Mulailah hubungan persahabatan dengan lebih positif dan optimis.
    Pertengkaran adalah hal yang umum terjadi dalam suatu hubungan, tetapi jangan sampai merusak hubungan yang telah terjalin. Belajarlah untuk mengatasi masalah dengan efektif. Semoga bermanfaat.
    Wassalamualaikum Wr. Wb.
    Jawaban dari Ike Dwiastuti, S.Psi., M.Psi.
    Dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM