Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Negeri Malang (UM) bersama warga Desa Kemiri luncurkan tiga produk Sukmir. Produk-produk berbahan dasar susu tersebut diolah menjadi permen, dodol, dan krupuk. Tak tanggung-tanggung, produksi pertama dari lima liter susu bisa meraup keuntungan hingga Rp200.000,00. Nur Indah Agustina, Ketua Tim mengatakan, susu yang diolah merupakan susu yang tidak diterima oleh KUD. Biasanya, susu tersebut dijual dengan harga dua ribu per liter. “Ada standar minimal yang bisa diterima KUD, seperti berat jenis minimal 2,3 kilogram dan susu tidak pecah alkohol,” tutur Indah. Sebagai desa penghasil susu sapi perah terbesar di Kabupaten Malang, Desa Kemiri sudah seharusnya memiliki makanan khas, sehingga tidak semua susu diserahkan kepada KUD.

Agar berbeda dengan produk olahan susu di pasaran, bersama PKK Desa Kemiri tim PKM UM ini memberikan perasa makanan khas desa pada produknya. Permen dan dodol diberi varian rasa kolak pisang dan wedang bajigur. Sama seperti dodol dan permen, krupuk susu juga memiliki dua varian rasa, pecel dan geprek ayam. Tak perlu merogoh banyak uang, permen dan krupuk dipasarkan dengan harga Rp5.000,00, sedangkan dodol dijual dengan harga Rp15.000,00. Saat ini, produk-produk tersebut sudah dipasarkan di sekolah-sekolah Desa Kemiri. Dalam waktu dekat, produk ini akan memiliki izin P-IRT.

Sesuai dengan PKM yang diberi judul “P3 (Pendampingan, Produksi, Pemasaran) Olahan Susu Menuju Kemandirian Produsen Susu Desa Kemiri”, Nur Indah dan timnya berhasil menggerakkan PKK setempat. Tim yang digawangi Nur Indah A., Wayan Ainur R., Arfia Regina, Siti Khoirunnisa, dan Rifqon Hakiki ini melakukan pendampingan hingga pemasaran selama empat bulan. Dalam pelatihan pertama, tim PKM membuatkan modul untuk para peserta. Pada pelatihan kedua, mereka mengajak peserta PKK ke BBPP Batu untuk belajar membuat produk dari ahlinya. Tak berhenti di sana, tim ini juga mengajarkan pembukuan secara manual dengan bantuan Ms. Excell. “Untuk pengolahan dan pemasaran, ibu-ibu PKK sampun saget jalan sendiri, akan tetapi tetap kami pantau dan dampingi. Nanti kami juga akan follow up keberlanjutan program ini,” pungkas Nur Indah.

Pewarta: Azizatul Qolbi