Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) kembali menuai prestasi skala nasional. Kali ini prestasi membanggakan datang dari tiga mahasiswa Fakultas Teknik (FT) yakni Sendy Hanggarawan dan Mirza Fakhrul Abdalla Muttaqin dari jurusan Teknik Sipil serta Fahru Riza dari Teknik Mesin. Tim yang dibimbing oleh Gilang Idfi, S.T., M.T., ini berhasil menggondol juara 2 dalam lomba LKTI Inovasi Bendungan. Kompetisi bertemakan “Desain Bendungan Pengendali Banjir yang Inovatif dan Multifungsi sebagai Pelindung Wilayah Perkotaan Terhadap Banjir” ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) FT Universitas Hasanuddin (Unhas) pada (26-31/10).

Inovasi yang dikembangkan oleh tim tersebut bernama Bendungan Kaligarang, yakni inovasi bendungan urugan zonal multifungsi dengan konsep pengembangan spillway menggunakan automatic portal system berbasis turbulent hydro. Konsep ini adalah pengembangan dari spillway atau saluran pelimpah pada bendungan yang masih jarang digunakan di Indonesia yaitu morning glory, saluran pelimpah yang berbentuk lingkaran. Saluran pelimpah tersebut dimodifikasi menjadi bangunan pengendali banjir dengan menara kontrol yang di bawahnya terdapat portal baja berbentuk lingkaran. Dengan bantuan sensor ultrasonik, bangunan tersebut secara otomatis akan menutup sendiri apabila debit air berlebih. Debit banjir yang terbuang akan dialihkan menuju intake pengambilan yang berfungsi sebagai sumber air dan cadangan irigasi dikarenakan wilayah Semarang sering kekeringan. Debit banjir yang sebagian masuk ke spillway akan dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dengan sistem turbulent, di mana air akan menggelontor secara melingkar melewati tepi saluran pelimpah melewati tiga tahap yaitu transisi, peluncur, dan peredam energi. Tepat pada saluran peluncur itulah turbulent hidro akan dipasang. Turbin pembangkit akan terputar oleh air yang mengalir secara spiral.

Inovasi ini bertujuan sebagai pengendali banjir wilayah perkotaan pada lahan sempit di kota Semarang. Desain ini cukup berbeda dengan desain bendungan yang ada di Indonesia saat ini. Hal tersebut karena inovasi ini di desain secara otomatis tanpa harus di kontrol setiap waktu oleh pihak yang terkait. Selama pengerjaan LKTI, ketiganya terus berpacu dengan waktu, “Dengan waktu yang tersisa, kami harus lebih giat lagi menyelesaikan karya tulis ini, karena tahap pengerjaannya membutuhkan ketelitian dan perhitungan yang kongruen. Desain bendungan harus menggunakan data yang riil dan benar-benar terukur,” tutur Sendy kepada kru Majalah Komunikasi. Ke depannya ia berharap perencanaan bendungan tersebut bisa diaplikasikan di lokasi yang sudah ditentukan dan bermanfaat untuk masyarakat perkotaan yang terdampak banjir.

Pewarta: Dewi Ayu Sakdiyyah