Malam puncak Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pim­nas) 32 menjadi salah satu momen yang tak akan terlupakan dalam hidup Austin Fascal Iskandar. Hari itu bersama ke­empat anggota timnya, ia mendapat kabar baik dari kerja keras yang telah dilalui se­lama beberapa bulan. Meraih dua medali perunggu sekaligus di Pimnas 32, Fas­cal mengaku awalnya tak berniat untuk melanjutkan kuliah. Bertekad kuat untuk langsung terjun di dunia kerja setelah lu­lus sekolah, hal tersebut mendorongnya untuk menempuh bangku SMK. Berbekal dorongan dari guru-guru di masa SMK, le­laki kelahiran Jombang ini kemudian men­gubah haluan di akhir masa sekolah. “Guru sangat menyarankan untuk berkuliah saja,” kenangnya. Berbagai prestasi yang diraih di kancah nasional cukup mencerminkan potensi besar yang dimiliki. Saat itu juga Fascal memulai langkah untuk mempelajari soal Seleksi Bersama Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Hidup di keluarga sederhana sebagai anak tunggal dengan seorang ibunda, se­benarnya hal yang berat bagi Fascal untuk meninggalkan sang bunda. Dirinya men­gaku sempat merasa bersalah. Namun, le­laki yang hobi bernyanyi ini berusaha meya­kinkan bundanya bahwa dari jalan yang ia pilih, ia akan bisa mendapatkan pekerjaa, bahkan menciptakan lapangan pekerjaan untuk banyak orang. “Apa pun PTN-nya yang penting saya dapat ilmu baru. Saya dapat banyak koneksi,” harap Fascal ketika itu.

Lelaki yang biasa dipanggil Fascal ini ber­cerita menembus masa kecilnya. Kehilangan sosok ayah di masa kecil telah menanam­kan jiwa berjuang dan pantang menyerah dalam dirinya. Walaupun sempat mengal­ami kegagalan di SBMPTN dan SNMPTN, Fascal tidak menyerah untuk melanjutkan kuliah. Dirinya lalu mendaftarkan diri lewat jalur mandiri prestasi. Motivasi melanjutkan pendidikan begitu kuat dalam diri Fascal. Berbekal berbagai prestasi, salah satunya di bidang Software Creation tingkat nasional, ia akhirnya kuliah di Teknik Informatika.

“Saya ingin memperluas connection saya dengan orang banyak,” tuturnya. Hal terse­but yang mendasari Fascal untuk mene­tap di asrama UM. Di asrama, ia bertemu dan bertukar pikiran dengan mahasiswa dari berbagai jurusan. Melalui asrama Fas­cal didekatkan dengan sahabatnya, Ari Gunawan yang menjadi partner di setiap kompetisi. Dari situ ia lebih bersemangat berprestasi. Awalnya, hanya berharap bisa menjadi mahasiswa yang berprestasi agar dapat memenuhi uang kuliah tunggal le­wat mandiri prestasi, tetapi lebih jauh lagi dirinya ingin membanggakan nama kam­pus dan orang tua. Gayung bersambut, di tengah perkuliahan Fascal mendapat kabar baik memeroleh beasiswa Bidikmisi Inspi­rasi yang berasal dari Komisi 3 Dewan Per­wakilan Rakyat (DPR).

Ketertarikan Fascal di dunia IT bermula ketika masa sekolah dasar. Rasa penasaran akan sesuatu membuatnya berani untuk mencoba melakukan hal-hal baru. Berawal dari pertanyaan yang timbul, How ap­plication works? How they made it? Fascal melakukan modifikasi. “Sangat seru. Sangat menyenangkan untuk mempelajarinya,” tu­turnya bersemangat. “Di akhir penghujung SMP, saya berpikir saya punya interest di du­nia pemrograman.”

Lelaki yang hobi bulutangkis ini termoti­vasi untuk membuat aplikasi. Ini tidak lain karena terbukti banyak aplikasi yang mem­bantu dan memberi efek positif pada peng­guna. “Tujuan saya utamanya ingin mem­berikan sesuatu yang bermanfaat bagi user.”

Mengambil jurusan teknik komputer dan jaringan di masa SMK, Fascal mengaku mempelajari pemrograman secara otodi­dak. Di SMK ia sempat diajarkan dasar pem­rograman. “Sehingga masih dapat sedikit-sedikit seputar pemrograman”

Menjadi mahasiswa baru bukan suatu ha­langan bagi Fascal untuk memulai langkah besar. Bersama dengan kawan yang semisi, Ari Gunawan dan Hafidhuddin Karim, Fascal menggagas sebuah start up. Walau berbeda fakultas, ketiganya memiliki misi yang kuat untuk membangun suatu startup dan mem­berikan dampak sosial kepada masyarakat. Mereka bertekad untuk berkolaborasi karya dengan membuat sebuah proyek. Dari situ­lah ide menciptakan start up bernama Kera­baTani dicetuskan.

Memiliki tujuan yang sama, Fascal ber­harap dengan menciptakan KerabaTani ia mampu mendapatkan wawasan yang lebih luas lagi seputar dunia pemrograman ap­likasi. “Karena saya sendiri berperan sebagai CTO (Chief Technology Officer, red) yang ber­

tanggung jawab dalam segala hal terkait teknologi yang diterapkembangkan pada startup ini. Ditambah kondisi perekono­mian bangsa saat ini yang dipengaruhi oleh mega sektor pertanian, masih belum opti­mal. Dari situlah muncul pula empati untuk memberikan dampak sosial untuk mense­jahterakan para petani,” jelasnya bercerita pada kru Komunikasi.

Start up yang saat ini telah diimplemeta­sikan ini berfokus pada penerapan Ubiq­uitous Enviromental System Technology yang bekerja sebagai sistem yang mampu memonitor kondisi lahan pertanian meng­gunakan big data untuk memberikan reko­mendasi perlakuan terhadap kondisi lahan secara real time. “Ke depannya kami akan memperluas startup ini di bidang edukasi dan bisnis pertanian,” ia mengutarakan ren­cana untuk masa depan KerabaTani.

“Jumawa tak tercatat dalam kamusnya Berpuas diri bukan ciri darinya yang juara Panjangkan tangan merangkul kawan Mensafari kemenangan”

“Citra pemuda milenial Di tangannya usaha tak pernah abal-abal Garda terdepan penakluk teknologi Bermimpi, berkolaborasi, beraksi”

Sejak awal dibuat, Fascal mengaku dirinya dan kawan-kawan bertekad untuk mengembangkan lebih jauh lagi start up mereka dengan mendapatkan pendan­aan yang cukup. “Agar dapat terbangunlah startup ini dan ingin segera kami implemen­tasikan.” Dia pun menjajaki beberapa ajang untuk mendapatkan pendanaan. Usaha tak mengkhianati hasil. Awal tahun 2019 menjadi awal dari perjalanan KerabaTani yang lebih mengudara. Start up rintisan­nya ini mendapat pendanaan sebesar dua ratus juta melalui program Calon Perusahaa Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) yang diselenggarakan oleh Ristekdikti. Tak hanya itu, KerabaTani juga mendapat pendanaan melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

Alhamdulillah, dengan adanya CPBBT ini kami sangat bersyukur akhirnya project yang ingin kami selesaikan bisa tersampai­kan. Ke depan kami sangat mengharap­kan proyek ini benar-benar memberikan dampak yang postif pada masyarakat,” harap Fascal. KerabaTani kini juga tengah memperebutkan pendanaan 1500 USD di Korea Startup Grand Challenge. “Saat ini se­dang berlangsung dan diwakilkan oleh Ari dan Radik yang berangkat ke sana untuk melakukan pitching di depan investor dan dewan juri.”

Dirinya dan tim kini berhasil meny­elesaikan dan membuat sensor bernama KerabaTani Zenbox sebagai alat yang dita­nam di area lahan dan aplikasi monitoring yang mampu memberikan rekomendasi perlakuan terhadap kondisi lahan. “Dalam penerapannya alat kami berhasil mening­katkan produktivitas pertanian mitra kami.”

Perjalanan Fascal di dunia algoritma tak berhenti pada bidang pertanian saja. Agustus 2019, dalam Ajang Musabaqah Tilawatil Quran Nasional (MTQMN), Fascal mengusung sebuah aplikasi bernama Qa­lifa. Sebuah aplikasi yang bertujuan untuk mendukung proses jalannya pembinaan Alquran. Inovasi dan usaha kerasnya bersa­ma tim membuahkan hasil yang menggem­birakan dengan diperolehnya juara satu. Tak berhenti di situ, UM juga kembali men­jadi jawara umum di MTQMN 2019.

“Melalui inovasi belajar yang diformulasikan dalam aplikasi ini, kerumitan operasional dan pertemuan kebutuhan murid pelajar alquran dalam belajar melalui personalized style learn­ing dapat terpenuhi.” Pada event Pimnas dan MTQMN berbagai proses dilalui demi memberi­kan hasil terbaik saat kompetisi.

Apa yang didapat Fascal di dunia pro­gramming tidak disimpan untuk dirinya sendiri. Beberapa kali pria yang lahir tang­gal 4 September 1998 ini menjadi pemateri workshop. Dirinya juga aktif menjadi pem­bina pada pembinaan Desain Aplikasi Al-Quran Unit Kegiatan Mahasiswa Al-Quran Study Club. “Saya sangat tertarik untuk membagikan ilmu-ilmu yang saya dapat­kan,” ceritanya. “Saya sangat suka sekali dalam melakukan sharing terhadap ilmu-ilmu yang sudah saya dapatkan kepada teman-teman semuanya,” ungkapnya lebih lanjut.

Sejak tahun 2016 Fascal memang telah terbiasa menjadi pemateri workshop sepu­tar teknologi dengan menjadi microsoft learning consultant. Dirinya bertanggung­jawab memberikan pelatihan materi-materi yang dibuat oleh microsoft, khususnya un­tuk pendidikan. “Kebanyakan para peser­tanya adalah guru-guru SMA dan SMK,” terangnya. Dengan demikian, harapannya penerapan aplikasi yang dibuat oleh micro­soft ini bisa diaplikasikan di sekolah-sekolah maupun universitas.

“Singkat cerita memang saya dulunya ke­tika SMK saya bertemu dengan Ibu Amiroh. Ibu Amiroh ini beliau sudah bekerja sama dengan microsoft sebagai microsoft educa­tor expert, yang juga mewakili microsoft un­tuk memberikan pelatihan-pelatihan dan workshop di berbagai acara yang diadakan oleh Microsoft Indonesia.” Dia memang­memiliki keinginan besar untuk bekerja di microsoft. “Akhirnya beliau juga membantu saya dan mengarahkan saya sebagai modal untuk masuk ke sana.” Di Tahun 2015, Fascal menjadi asisten dari Amiroh yang merupak­an guru mata pelajaran dasar pemrogram­an dan algoritma pemrograman.

Saat ini Fascal tengah menjalankan se­buah kursus privat pembuatan aplikasi ber­basis android dan pemrograman lainnya. Dalam setiap perjalanan hidupnya ia selalu belajar dari pengalaman. Dari kegagalan ia memetik agar ke depannya tidak gagal lagi. “Apa pun itu saya selalu ingat dengan orang tua saya,” tuturnya. “Never give up, terus berusaha memberikan yang terbaik apa­pun itu hasilnya. Tetap kita serahkan semua pada Yang di Atas, yang penting kita sudah berusaha semaksimal mungkin dan juga diimbangi dengan doa.” Fascal yang juga hobi bermain games ini berharap dapat menggeluti karir sebagai developer aplikasi. Diah