Berperan sebagai diplomat dalam kompetisi simulasi sidang PBB atau yang biasa dikenal sebagai Model United Nations (MUN) tampak keren bagi sebagian mahasiswa. Itulah yang dilakoni oleh Rafly Yuvindra Maulidan, tercatat sebagai mahasiswa Sastra Indonesia UM ia memilih kegiatan yang berbeda dari mahasiswa sebayanya. “MUN adalah konferensi internasional dan harus berbahasa Inggris. Namun hal ini tidak menjadi masalah, meskipun saya adalah mahasiswa jurusan Sastra Indonesia. Hal tersebut tidak mengurangi rasa percaya diri untuk tetap mengikuti MUN dan mengingat adanya modal bahasa Inggris yang memang harus dipelajari oleh seluruh mahasiswa,” ucapnya di awal perbincangan kami. Berbekal kemampuan berbahasa Inggris, ia berani mengikuti seleksi dan berhasil menjadi perwakilan mahasiswa MUN untuk Indonesia di Malaysia bersama 20 mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia.


Memiliki perangai yang tinggi, laki-laki yang akrab disapa Rafly ini memiliki keinginan dengan ambisi yang tinggi. Siang yang mendung di Kafe Pustaka UM, ia berbagi cerita mengenai pencapaiannya selama ini kepada Kru Komunikasi. Menurutnya mengikuti MUN tidaklah mudah, perlu mempersiapkan dana yang besar karena MUN adalah kegiatan yang mahal bagi kalangan mahasiswa ketika kampus tidak membiayai aktivitas mahasiswanya tersebut. “Masalah biaya menjadi kendala sendiri untuk saya meskipun kedua orang tua sangat mensupport, tetapi saya tetap mencari sponsorship untuk keberangkatan saya,” ujar Rafly.
Mahasiswa kelahiran Kota Apel ini berhasil menjadi delegasi MUN. Peserta yang mengikuti MUN disebut dengan delegasi. Delegasi yang lolos MUN harus membuat Position Paper, yaitu sebuah dokumen singkat satu halaman yang memuat permasalahan yang ada di suatu negara. “Negara yang dipilih delegasi MUN harus berbeda dan tidak boleh sama dengan delegasi MUN yang lain, di sisi lain kita harus mengerti permasalahan apa yang sedang terjadi di negara tersebut,” imbuh Rafly. Position Paper mencakup permasalahan suatu negara berdasarkan councils atau goals yang dipilih delegasi dan dokumen ini membahas permasalahan tersebut, mulai dari penyebab dan dampak sampai solusi permasalahan yang terjadi di negara tersebut.


Memiliki pengetahuan yang luas menjadi bekal tersendiri untuk Rafly berlaga di MUN. Secara garis besar mengikuti MUN sama halnya dengan mengikuti simulasi sidang Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Di sana ia dapat belajar tentang diplomasi, hubungan internasional dan PBB. MUN juga mengajarkan public speaking, negosiasi, berpikir kritis, kerja sama dan kepemimpinan. Ia menjadi delegasi dari Indonesia yang bertugas sebagai figur politik dan organisasi internasional yang mendiskusikan suatu topik.
Rinai hujan mulai turun, hawa dingin menyeruap dari jendela Kafe Pustaka, Rafly meneruskan ceritanya. Berasal dari keluarga berlatar belakang ayah sebagai kontraktor yang mendidik ia menjadi anak yang pekerja keras dalam meraih segala cita-cita. “Dukungan moril dan materiil selalu saya dapat dari ayah dan ibu, ayah seorang kontraktor yang selalu bekerja di lapangan dengan keras, dan ibu sebagai pedagang yang tlaten. Sifat pekerja keras beliau sebagai teladan untuk kesuksesan saya,” lanjut Rafly. Ia yang memiliki hobi travelling pastinya sangat terbantu karena dalam MUN terdapat banyak kegiatan. Selain event sidang konferensi PBB atau yang disebut dengan meeting session, banyak sekali event lain yang dilaksanakan di Global Goals MUN selama empat hari seperti International Grand Symposium, City Tour di Kuala Lumpur dan Putra Jaya, sampai Cultural Performance oleh delegasi MUN dari berbagai negara.
Bertemu dengan berbagai suku dan budaya yang berbeda tentunya menjadi tantangan tersendiri karena dalam MUN terlatih menjadi team work untuk perundingan masalah negara yang disajikan. Seiring dengan ini, kemampuan teamwork pun akan meningkat dan akan menjadi lebih cepat tanggap dalam menemukan solusi terhadap masalah-masalah yang ditemukan. “Tentu kemampuan teamwork ini akan sangat berguna baik di dunia organisasi maupun dunia kerja esok hari,” ujarnya. Ia pun kemudian memaparkan beberapa tips berdasarkan pengalamannya berlaga dalam dunia MUN. Tips yang pertama ialah melakukan riset yang baik. Riset yang baik diperlukan agar peserta dapat merumuskan solusi yang tepat dari permasalahan yang dibahas. “Misalnya, kita harus mengerti wewenang PBB itu apa, sehingga solusi yang ditawarkan dari permasalahan tersebut tepat sasaran,” celetuknya. Dikatakan oleh Rafly pula, peserta MUN harus menampilkan performa yang baik dari cara penyampaian pendapat saat acara berlangsung.


Dalam akhir perbincangan kami, ia berharap semakin banyak mahasiswa yang mencoba mengikuti MUN, terlebih mahasiswa UM. “Masih sedikit mahasiswa UM yang mengetahui tentang MUN, apalagi mencoba mengikutinya. Saya ingin memotivasi mereka untu menorehkan prestadi di MUN. See you on top MUN’ers and young leaders,” tutupnya dengan bersemangat. Amey