Bahasa Inggris bagi sebagian orang adalah momok, sebagian lagi ada yang sangat menyukainya. Belajar bahasa Inggris bagi pelajar dengan panca indera sempurna kadang masih menjadi suatu beban. Lantas, bagaimana dengan pelajar yang memiliki kekurangan dalam pendengaran mereka? Dapatkah mereka belajar bahasa Inggris seperti yang lain?

Menjawab pertanyaan di atas, tim mahasiswi UM menorehkan karyanya dibidang edukasi, teknologi, dan disabilitas, khususnya bagi penyandang tunarungu. Berangkat dari kenyataan tentang pentingnya bahasa Inggris, keterbatasan anak tunarungu, dan tuntutan revolusi industri 4.0, ketiga mahasiswi ini menciptakan aplikasi berbasis android bernama Kamus Isyarat Bahasa Inggris Tunarungu (Kabitaru). Kabitaru merupakan sebuah aplikasi kamus isyarat bahasa Indonesia-Inggris yang dikembangkan dengan metode manually coded english untuk mempermudah anak tunarungu dalam memahami pelafalan (pronunciation) bahasa Inggris. Aplikasi ini digagas oleh Risa Safira Ramadhani (FIP) seabgai ketua, bersama dua anggotanya, Nindya Ayu Rizqianti (FIP) dan Nur Nilam Ayu Saputri (FS).

Aplikasi Kabitaru memiliki desain khusus dengan mengunggulkan tampilan visual berupa video. “Siswa tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran mereka. Oleh karena itu, media pembelajaran visual dirasa mampu untuk membantu mereka memahami pelajaran, khususnya bahasa Inggris,” tutur Risa selaku ketua tim. Setelah melakukan penelitian di salah satu sekolah tunarungu, Risa dan timnya mendapatkan hasil bahwa pronunciation menjadi aspek penting yang harus mereka pelajari.

Anak tunarungu belum memahami konsep pelafalan yang benar, sehingga mereka melafalkan bahasa Inggris sesuai dengan tulisannya. Padahal, dalam bahasa Inggris tulisan kerap kali berbeda dengan pelafalan. Oleh karena itu, setiap kosakata terjemahan yang ada di kabitaru dilengkapi dengan peragaan video isyarat yang menjelaskan arti dan cara pelafalan yang telah disederhanakan.

Tidak hanya itu, aplikasi Kabitaru memiliki beberapa keunggulan lain, di antaranya ikon menarik dan adanya fitur kuis. Di setiap kosakata terdapat sebuah ikon yang mengilustrasikan arti dari kosakata tersebut. Dengan demikian, pengguna kamus dapat lebih mudah menangkap artinya. Selain dijadikan selingan dalam belajar, fitur kuis juga dapat mengasah kemampuan pengguna kamus. Di dalamnya disajikan soal-soal yang berhubungan dengan kosakata dalam Kabitaru . Di akhir kuis ditampilkan skor yang didapat oleh pemain. Skor tersebut dapat menjadi bahan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka dalam penguasaan kosakata dan peafalan bahasa Inggris.

Lebih lanjut, kamus ini juga diharapkan dapat ikut serta menyukseskan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin ke-4, yakni kesetaraan pendidikan. “Seluruh pelajar memliliki akses yang setara di dunia pendidikan, tak terkecuali bagi pelajar yang menyandang disabilitas. Sayangnya, saat ini media pembelajaran bahasa Inggris yang ramah tunarungu masih sangat minim, dibandingkan dengan jumlah Tunarungu di Indonesia mencapai 25.500 siswa,” ungkap Risa.

Hingga saat ini, aplikasi kabitaru telah mendapat apresiasi positif dari berbagai pihak, bahkan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Mendikbud) ke-28, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. “Ini ide kreatif! Aplikasi yang bisa menjawab kesulitan siswa penderita difabel,” tuturnya setelah meriviu aplikasi kabitaru beberapa waktu lalu. Aplikasi ini juga sudah disosialisasikan di sekolah khusus tunarungu, SMPLB Yayasan Pendidikan Tunas Bangsa (YPTB) Kota Malang. Siswa-siswi tunarungu yang ada di kelas terlihat antusias saat aplikasi Kabitaru didemonstrasikan. Kepala sekolah SMPLB YPTB sekaligus guru bahasa Inggris, Dra. Esni Triaswari, M.Si. menyatakan bahwa aplikasi ini menjadi solusi dalam mengajarkan bahasa Inggris pada anak didiknya. Selama ini belum ada media pembelajaran yang secara spesifik membantu muridnya belajar bahasa Inggris. Dia berharap, aplikasi ini dapat digunakan oleh seluruh sekolah di Indonesia. Di samping manfaatnya yang luar biasa, Kabitaru juga berhasil membawa Risa dan timnya menyabet medali emas dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa 32 (Pimnas) di Bali. Aplikasi ini juga telah mendapatkan hak cipta dan terdaftar di Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Dengan dibimbing oleh Drs. Abdul Huda, M.Pd, mereka berharap aplikasi ini dapat terus berkembang dan bermanfaat bagi yang membutuhkan, sehingga menjadi amal baik yang terus mengalir.Nilam