Artikel ilmiah dan jurnal-jurnal nasional maupun
internasional yang bereputasi tentu sudah bukan
barang asing lagi bagi mahasiswa, meski kadang
terdengar cukup memberatkan. Apalagi, terhitung
sejak tahun 2015 atau sejak dikeluarkannya Standar
Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti) Nomor 49
tahun 2014 dan diperbarui dengan SN Dikti Nomor 44 Tahun 2015,
mahasiswa yang menempuh studi pascasarjana wajib melakukan
publikasi di jurnal-jurnal bereputasi. Sebagai ketentuan berstandar
nasional, hal tersebut juga menjadi persyaratan wajib bagi
mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM) sebelum
menyelesaikan studi, baik yang menempuh program magister
maupun doktoral.


Kewajiban tersebut tertera dalam Pedoman Pendidikan UM
Pasal 83 tentang Persyaratan Ujian Akhir yang menyatakan bahwa
mahasiswa program magister wajib memiliki minimal satu publikasi
ilmiah dalam jurnal internasional terindeks (DOAJ/Copernicus),
atau prosiding internasional terindeks (Scopus), atau jurnal
nasional terindeks SINTA 1-3. Sementara itu, mahasiswa program
doktoral berkewajiban memiliki minimal satu artikel ilmiah yang
telah diterima dalam jurnal internasional bereputasi minimal
setara Q4 yang terindeks Scopus. “Sebagai sebuah kewajiban yang
telah diantur dalam SN Dikti, maka kita juga harus mengikutinya.
Setiap mahasiswa harus mempunyai minimal satu publikasi ilmiah
yang sesuai dengan bidang keilmuan atau rumpun keahliannya
masing-masing. Dengan demikian, tren perkembangan publikasi
mahasiswa di jurnal-jurnal bereputasi tentu menjadi semakin baik,”
tutur Prof. Dr. Ery Tri Djatmika, M.A., M.Si. atau lebih akrab disapa
Ery selaku Direktur Pascasarjana UM saat ditemui kru Komunikasi di
kantornya, Senin (16/9).


Lebih lanjut, Ery menjelaskan bahwa sebelum mahasiswa
mengikuti ujian tesis maupun disertasi, mereka harus terlebih dulu
menunjukkan keterangan telah memiliki publikasi ilmiah di jurnal
internasional terindeks. “Meskipun mahasiswa sudah menempuh
seluruh matakuliah, tetapi jika belum mempunyai publikasi di
jurnal yang terindeks, maka mereka belum bisa mengikuti ujian
akhir untuk menyelesaikan studi,” jelasnya.


Di sisi lain, Dr. Dewa Agung Gede Agung, M.Hum. yang
merupakan Kepala Program Studi (Kaprodi) Pendidikan Sejarah
Pascasarjana UM menyatakan bahwa sebenarnya kebijakan
tersebut cukup berat bagi mahasiswa dan pihak prodi, apalagi
bagi prodi-prodi Pascasarjana di UM yang belum memiliki jurnal
terindeks SINTA seperti prodi Pendidikan Sejarah. “Bagaimanapun,
kebijakan tersebut adalah kewajiban yang harus diikuti oleh
seluruh elemen pascasarjana. Meskipun terbilang berat, kami dari
pihak prodi Pendidikan Sejarah terus mengupayakan supaya jurnal
yang kami miliki dapat secepatnya terindeks SINTA, sehingga dapat
menjadi wadah untuk mengakomodir publikasi-publikasi ilmiah
mahasiswa.”


Selanjutnya, Dr. Dewa Agung Gede Agung, M.Hum. menjelaskan
bahwa sejauh ini para mahasiswa pascasarjana prodi Pendidikan
Sejarah umumnya mencari jurnal-jurnal lain atau memanfaatkan
Jurnal Pascasarjana UM yang telah terindeks SINTA. “Sejak
pertemuan awal mahasiswa-mahasiswa baru, saya sudah
menyampaikan mengenai kewajiban ini. Sejak awal juga saya
sampaikan bahwa mereka harus mempersiapkan diri, mulai
berburu artikel dan menulis. Jadi, paling tidak di semester tiga
mereka sudah melakukan penelitian dan menghasilkan satu
artikel.” Ujar Dr. Dewa Agung Gede Agung, M.Hum.


Dari sudut pandang mahasiswa, kewajiban untuk memiliki
publikasi ilmiah di jurnal bereputasi ini juga dapat dikatakan tidak
mudah. Iska Agustina, salah satu mahasiswa pascasarjana UM prodi
Pendidikan Matematika mengatakan bahwa pada awalnya hal itu
terdengar cukup berat. Namun, demi kelancaran studi Iska tetap
melakukan berbagai upaya. “Saya awalnya memang merasa ini
berat, ya, tapi seiring berjalannya waktu saya juga mulai belajar,
baik melalui dosen pembimbing maupun mengikuti berbagai
pelatihan atau seminar kepenulisan.” Iska juga memaparkan bahwa
mengikuti berbagai pelatihan kepenulisan menurutnya sangat
membantu proses penulisan artikel yang dipersiapkan untuk
publikasi di jurnal bereputasi. Dari sana, mahasiswa dapat belajar
banyak mengenai bagaimana mencari topik, membuat latar
belakang, hingga akhirnya mampu menghasilkan artikel yang baik
dan berkualitas. Azril