Menjelang kelulusan, peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat bersiap untuk memasuki jenjang kehidupan tahap berikutnya. Ada yang memutuskan berkuliah, kerja, dan lain sebagainya. Menghadapi hiruk-pikuk urusan penerimaan mahasiswa baru, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Republik Indonesia (RI) telah menyiapkan inovasi baru. Pada upayanya dalam meningkatkan kualitas proses seleksi penerimaan mahasiswa baru di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Kemenristekdikti merilis sebuah wadah baru bernama Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT). Dilansir dari web resminya ltmpt.ac.id, salah satu fungsi dari LTMPT adalah melaksanakan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).


UTBK adalah ujian yang dilaksanakan sebelum seleksi masuk perguruan tinggi berlangsung, di antaranya yaitu SBMPTN dan seleksi mandiri yang diselenggarakan oleh tiap PTN di Indonesia. UTBK sendiri merupakan suatu ujian yang mempunyai tujuan untuk mengukur skor calon mahasiswa dalam menentukan pilihannya memasuki dan menentukan jurusan perkuliahan. Universitas Negeri Malang (UM) sebagai salah satu PTN di Indonesia tidak ketinggalan ikut andil dalam terselenggaranya tes UTBK. Bagaimana persiapan dan hal menarik selama pelaksanaan UTBK berlangsung di UM? Berikut ulasannya!

UTBK diselenggarakan LTMPT
UTBK merupakan tes yang dilaksanakan praseleksi masuk PTN, yaitu SBMPTN dan seleksi mandiri yang diselenggarakan oleh PTN di Indonesia. UTBK baru pertama kali dilaksanakan di tahun 2019 sebagai salah satu persyaratan calon mahasiswa bisa mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi, yaitu SBMPTN. UTBK ini diselenggarakan oleh Panitia Pusat (Panpus), LTMPT dalam naungan Kemenristekdikti. Sebelumnya telah dilakukan uji coba UTBK oleh Panpus yang meliputi kesiapan server, jaringan, listrik, dan komputer agar pelaksanaan UTBK bisa berjalan lancar. Terbukti, dengan persiapan yang matang sebelumnya, UTBK yang dilaksanakan pertama kali di Indonesia ini terbilang cukup sukses.


Paper Less dan Menjalin Mitra
Pelaksanaan UTBK yang berlangsung tahun ini diawali dengan baik, salah satunya yaitu penggunaan komputer atau paper less pada saat ujian berlangsung. Paper less saat ujian dipilih dengan alasan untuk menghindari kebocoran soal, lebih efisien menurut standar nasional dan soal memiliki tingkat kesulitan yang cukup bagus. LTMPT menunjuk dua perguruan tinggi di Kota Malang sebagai tempat pelaksanaan tes UTBK berlangsung, yakni UM dan Universitas Brawijaya (UB). UM sendiri melibatkan mitra untuk bisa ikut melaksanakan penyelenggaraan tes UTBK, mitra tersebut antara lain adalah Universitas Merdeka (Unmer), Universitas Islam Malang (Unisma), Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang), dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). UM menjalin mitra dengan alasan tidak lain dan tidak bukan untuk memenuhi kuota penggunaan komputer pada saat tes UTBK berlangsung. Sebab komputer yang dibutuhkan selama tes UTBK berlangsung sebanyak 1800 unit, sedangkan UM hanya mampu menyiapkan sekitar 850 unit, sehingga perlulah menjalin hubungan mitra kerja sama dengan perguruan tinggi lain.


Hal Menarik Pelaksanaan UTBK
UTBK yang dilaksanakan pertama kali ini memiliki sisi menarik dalam pelaksanaannya, yaitu adil bagi seluruh peserta tes karena dinilai memiliki tingkat kesulitan soal yang sama di seluruh Indonesia. Namun, ada juga hal nyeleneh lain dalam UTBK ini yang tidak terduga yaitu peserta tidak memperhatikan kelas pelaksanaan tes, sehingga membuat siswa salah memasuki ruang kelas. “Tempat tes yang berjauhan berada pada berbeda universitas, menyebabkan peserta tes telat dan tidak dapat mengikuti ujian apabila peserta tes tersebut salah mengira lokasi ujiannya,” ujar Prof. Dr. Budi Eko Soetjipto, M.Ed., M.Si. Sebanyak 11% dari total keseluruhan peserta tes gagal mengikuti ujian karena keterlambatan ini, padahal sebelumnya sudah dilakukan sosialisasi melalui berbagai media sosial tentang penempatan tempat tes peserta, hanya saja peserta yang belum teliti dalam melihat lokasi tes mereka.
Tes UTBK dapat diikuti dan dilaksanakan sebanyak dua kali oleh calon mahasiswa di seluruh Indonesia, dengan tujuan untuk memberi kesempatan kepada mereka untuk memperoleh skor terbaik. Sebab, skor terbaik yang mereka dapatkan saat UTBK dapat mereka gunakan untuk menentukan pilihan dalam mengikuti SBMPTN ataupun seleksi mandiri pada kampus yang ingin mereka masuki. Selama 20 sesi berjalan dua bulan, dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu (13/04-26/05), sesi tes ini bisa diikuti dan dipilih sesuai keinginan peserta tes UTBK.


Persiapan UM dalam Penyelenggaraan UTBK
Persiapan UM untuk ikut menyelenggarakan UTBK ini dimulai dari persiapan komputer, menjalin mitra, serta sosialisasi pengawas agar tidak terjadi kesalahan input data peserta tes. “UM juga mempunyai target khusus selama pelaksanaan UTBK berlangsung, yaitu peserta diharapakan hadir 100%, namun dalam kenyataannya 11% peserta tidak hadir,” ungkap Wakil Rektor 1 UM ini. Harapan untuk pelaksanaan UTBK yang dilaksanakan pertama kali ini adalah tetap berjalan untuk waktu selanjutnya dan bisa dilaksanakan lebih efisien.
Seleksi UTBK juga dilakukan dalam seleksi jalur mandiri yang diselenggarakan UM, yakni Tes Mandiri Berbasis Komputer (TMBK). Hasil skor tes UTBK yang sudah dilaksanakan oleh calon mahasiswa sebelum SBMPTN berlangsung, bisa digunakan untuk mengikuti seleksi TMBK UM. Hal ini berlaku, apabila calon mahasiswa tidak diterima masuk di universitas melalui jalur SBMPTN. “Calon mahasiswa bisa mengikuti tes UTBK sebanyak dua kali dengan pembayaran tersendiri, ia mendaftar melalui dua jalur tersebut dengan mempertimbangkan skor terbaik yang ia dapatkan selama tes serta untuk menentukan jurusan dan program studi (prodi) apa yang cocok untuk ia tempuh selama kuliah,” terang Budi saat ditemui di ruang kerjanya. Tahap TMBK UM mirip dengan tahap tes UTBK yang diselenggarakan LTMPT, yaitu ada tahapan Tes Potensi Skolastik (TPS) dan Tes Kompetensi Akademik (TKA) berbasis komputer.


Bioteknologi, Program Studi Baru dengan Peminat Tinggi
Program studi yang memiliki peminat tertinggi dalam SBMPTN tahun ini adalah Prodi Bioteknologi yang merupakan prodi baru di Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UM. Selain itu, ada juga Prodi Teknik Informatika yang tetap menjadi prodi dengan jumlah peminat tertinggi SBMPTN tahun ini di UM. Calon mahasiswa yang melamar Bidikmisi terdata lebih banyak dibandingkan kuotanya yang tersedia di UM. Rencananya, pihak UM akan melakukan seleksi lagi bagi mahasiswa pelamar Bidikmisi tersebut. Kuota Bidikmisi di UM sendiri sekitar 1300, namun calon penerimanya melebihi kapasitas tersebut, maka dari itu perlulah dilakukan seleksi untuk calon penerima Bidikmisi ini. “Harapan untuk kuota Bidikmisi tahun depan bisa ditambah lagi karena calon mahasiswa yang semakin tahun juga bertambah, jadi Kuota bidikmisi sebanyak 1300 bisa bertambah lagi dari pemerintah,” tutur Budi.
Ketua UPT Satuan Penjaminan Mutu (Dr. H. Imam Agus Basuki, M.Pd.)


Seleksi Masuk Perguruan Tinggi
Kilas balik sebelumnya, seleksi masuk perguruan tinggi ada tiga jalur yaitu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN), SBMPTN, dan seleksi mandiri. Sebelumnya pola yang dilaksanakan pada SBMPTN adalah calon mahasiswa memilih jurusan dan prodi yang menjadi pilihannya baru mengikuti tes, sedangkan saat ini calon mahasiswa mengikuti tes terlebih dahulu melalui UTBK untuk menentukan skor. Dari skor itulah calon mahasiswa bisa menentukan Prodi mana yang akan ia pilih untuk kuliah. Istilahnya calon mahasiswa bisa lebih memperkirakan kesempatan diterima atau tidaknya ia pada SBMPTN jika ikut seleksi UTBK dengan dua kemungkinan tersebut. Namun kekurangannya apabila calon mahasiswa sudah bisa memprediksi ia akan memasuki jurusan apa di universitas dengan memiliki dua pilihan, salah satu jurusan akan menumpuk jumlah mahasiswanya, padahal pada jurusan pilihan pertama sebenarnya mahasiswa tersebut bisa diterima dan lolos dengan skor cukup yang dimilikinya. Pendaftar juga harus memiliki dasar yang kuat dengan mempertimbangkan skor UTBK yang dimilikinya. Calon mahasiswa memiliki dua kali kesempatan untuk mengikuti tes UTBK, baik di bidang Sains dan Teknologi (Saintek) atau Sosial Humaniora (Soshum). Hal ini bisa dilakukan calon mahasiswa untuk melihat peluang skor terbaik agar bisa menentukan jurusan apa yang akan ia masuki untuk kuliah. Apabila skor yang dimilikinya dirasa cukup untuk mengikuti seleksi jalur SBMPTN, maka mahasiswa bisa langsung mengikuti seleksi tersebut tanpa ada tes lagi selama pelaksanaan SBMPTN berlangsung.
Pendaftaran UTBK langsung kepada Panpus tidak kepada pihak perguruan tinggi yang menjadi tempat terselenggaranya pelaksanaan UTBK. Mengingat tes ini yang menyelenggarakan adalah LTMPT.

Alasan tes menggunakan paper less
Pada kenyataannya, sebelum ini sudah terlaksana tes seleksi dengan dua versi, yaitu calon mahasiswa bisa menentukan ia akan mengikuti tes yang menggunakan kertas atau komputer. Tahun ini keseluruhan menggunakan komputer karena dirasa memiliki banyak kelebihan yaitu: pertama, lebih efisien, distribusi mudah (mengingat wilayah di Indonesia yang luas), mengurangi jasa angkut kertas; kedua, penyiapan yang cukup cepat; ketiga, sisi kerahasian yang cukup tinggi, yaitu kebocoran soal yang ditakuti bisa diminimalisir. Pengaturan soal di komputer lebih mudah diacak sehingga kemungkinan kebocoran soal sangat sedikit.


Seleksi Mandiri di UM
Pada seleksi Mandiri UM, pendaftar bisa memanfaatkan beberapa pilihan yang disediakan. Peserta yang memiliki prestasi bisa mendaftar melalui jalur prestasi. Apabila ada pelamar yang telah mengikuti UTBK SBMPTN namun tidak diterima, skor yang didapat dari tes tersebut juga bisa digunakan pada seleksi jalur Mandiri UM. Opsi lainnya adalah calon mahasiswa bisa mengikuti jalur tes. Berbasis komputer pula, seleksi Tes Masuk Berbasis Komputer (TMBK) UM dilangsungkan selama tiga hari (16-18/07). Sama seperti pada UTBK, yang diujikan pada TMBK UM adalah Tes Potensi Skolastik (TPS) dan Tes Kompetensi Akademik (TKA). Tak terbatas usia, jalur Mandiri UM bisa diikuti siapapun yang telah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat. Ditemui di ruang kerjanya, Ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Satuan Penjaminan Mutu (SPM) Dr. H. Imam Agus Basuki, M.Pd., sempat mengulang gurauan yang pernah diujarkan ke rekannya, “Yang lulusan 1990, itu artinya puluhan tahun yang lalu juga gapapa lah, ada orang ingin belajar kok tidak boleh,” guraunya. Imam juga menuturkan, peserta yang telah mendaftar jalur Mandiri UM dengan skor hasil hasil UTBK SBMPTN juga diperbolehkan mendaftar lagi pada ujian tes TMBK UM. Pendaftar TMBK UM tidak harus menentukan pilihan Prodi yang sama dengan Prodi yang dipilih pada seleksi berdasarkan skor hasil UTBK SBMPTN. Hal ini disampaikan olehnya merupakan sebagai wujud kefleksibilitasan.


Kendala UTBK SBMPTN
Ketua UPT SPM UM ini juga mengungkapkan tidak ada kendala yang berarti selama pelaksanaan UTBK berlangsung. Sempat terjadi listrik padam saat UTBK diselenggarakan, namun hal tersebut dapat diatasi. Data yang telah dikerjakan peserta selama ujian akan tersimpan sesuai dengan simpanan terakhir kali sebelum komputer nonaktif. Setelah komputer kembali aktif, tes dapat dilanjutkan sesuai dengan data sebelumnya yang telah dikerjakan. Peserta tidak perlu mengulang kembali dan bisa langsung melanjutkan ujian. Butuh waktu agar komputer bisa kembali menyala. Pernah sekali yang seharusnya ujian selesai kurang lebih pukul 16.00 WIB ternyata berakhir menjelang Magrib karena menunggu komputer siap digunakan kembali. Bertepatan dengan Ramadan, maka panitia memutuskan untuk memberi takjil untuk peserta. Terbatasnya kuantitas dari komputer yang tersedia dan siap dipakai bisa terpenuhi dengan bermitra bersama kampus lain di Malang seperti Unmer, Unisma, UIN Malang, dan UMM. Timbul upaya untuk pelaksanaan UTBK tahun depan bisa lebih baik lagi dengan jumlah komputer yang tersedia dan layak pakai bisa bertambah. “Yang paling sederhana kita berupaya meningkatkan jumlah komputer sehingga kalau menjalin dengan mitra tidak terlalu banyak,” ujar pria yang mengenakan baju batik saat ditemui di ruangannya.


Tanggapan Civitas Akademika
Semua pelaksanaan tes masuk perguruan tinggi sudah berbasis komputer baik UTBK ataupun TMBK, karenanya semua proses dapat berjalan dengan cepat. Jalur pendaftaran Mandiri di UM ada dua, yaitu pendaftar bisa mendaftarkan dirinya menggunakan skor UTBK yang didapatkan sebelumnya dan mengikuti tes Mandiri yang diselenggarakan UM yaitu TMBK. Peserta TMBK di UM mencapai angka 13.000 belum termasuk peserta yang mendaftarkan diri menggunakan skor UTBK. “Calon mahasiswa yang akan diterima melalui jalur Mandiri di UM sekitar 30% dari total keseluruhan kuota mahasiswa baru yaitu sekitar 7000,” ungkap Dr. Yusuf Hanafi, S.Ag, M.Fil.l, dosen sastra UM. “Pelaksanaan tes TMBK sejauh ini berjalan lancar, koneksi internet bagus, dan sejauh ini tidak ada kendala yang berarti,” tambah Yusuf selaku penanggung jawab lokasi TMBK di Fakultas Sastra UM. Kehadiran untuk peserta TMBK hampir 100%, sebab untuk mendaftar pun membutuhkan perjuangan, sehingga kehadiran peserta saat tes berlangsung dikatakan mencapai 100%. “Harapan selama pelaksanaan tes dapat berjalan lancar dan UM mendapatkan calon mahasiswa yang berkualifikasi tinggi. Dari situ, UM bisa melahirkan lulusan-lulusan terbaik, unggul, dan nantinya bisa diterima di dunia kerja,” imbuhnya.


Persiapan Teknis UTBK
Dari segi perangkat komputer yang digunakan, secara teknis diperlukan waktu satu bulan untuk persiapan. Beberapa hal yang perlu dipastikan di antaranya terkait seperti jaringan komputer, hardware dan software dalam komputer tersebut. Diungkapkan oleh Ananda Erlangga, Teknisi Information and Technology (IT) Fakultas Sastra, sebelum dilangsungkannya UTBK panitia penyelenggara telah menerima aplikasi untuk ujian. Program yang telah didapat kemudian diinstal ke komputer dan dilakukan percobaan. “Setelah itu ada sesi uji coba aplikasi, setelah uji coba aplikasi, di dalamnya juga ada uji coba soal, uji coba mengerjakan, termasuk uji coba aplikasi pengawas,” ujar pria yang kerap disapa Mas Nanda. Laki-laki berkacamata ini juga menuturkan, selama seleksi berlangsung software yang digunakan mampu berjalan dengan baik dan nyaris tidak ada kendala. Aplikasi ujian saat ini juga telah dipergunakan pada tes seleksi mulai dua tahun lalu. Ini adalah kali pertama pelaksanaan UTBK secara keseluruhan. Sebelumnya telah dilaksanakan ujian berbasis komputer, hanya saja belum 100%. Periode lalu masih terdapat dua opsi, menggunakan kertas atau komputer. Pendaftar tes juga tidak mengalami kendala selama ujian. “Peserta sebenarnya sudah familiar dengan software-software seperti ini, sepertinya di SMA mereka itu sudah pernah ujian nasional berbasis komputer, jadi rata-rata mereka sudah familiar tidak ada istilahnya gaptek (gagap teknologi, red.),” ulas Nanda. Pria yang sebagai teknisi ini pun mengatakan sistem soal yang digunakan sudah bagus karena dipastikan acak, setiap peserta mendapat urutan soal yang berbeda. Ia turut berharap agar UM bisa memiliki tambahan komputer beserta spesifikasi yang lebih bagus setiap tahunnya, karena hal tersebut menurutnya mampu menambah tingkat keefektivitasan dalam pelaksanaan ujian. Irkhamin/Tanzilla