oleh Yusuf Hanafi

Prestasi mahasiswa. Tidak sedikit civitas akademika perguruan tinggi (PT) yang memandangnya dengan sebelah mata. Apalagi jika hal itu dikaitkan dengan peringkat PT dalam klasterisasi. Sumbangsih prestasi kemahasiswaan dinilai tidak signifikan jika dibandingkan dengan kontribusi indikator-indikator lain dalam pemeringkatan PT.
Lebih parah lagi, ada yang berasumsi bahwa prestasi kemahasiswaan itu hukumnya “sunnah”, bersifat “prasmanan”, dan terkesan sebagai “pelengkap” saja. Terlebih, untuk mewujudkan prestasi di bidang kemahasiswaan itu diperlukan “wagana” (waktu, tenaga dan dana) yang relatif besar, anggapan tersebut seolah mendapatkan justifikasi pembenaran.
Mengejar prestasi kemahasiswaan bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya sasaran antara untuk memastikan mahasiswa terus bergerak maju (moving forward) dalam kompetisi sehat dengan mahasiswa PT maju lainnya di level nasional, regional, bahkan internasional. Sebab, tujuan utama (the ultimate goal) dari mengejar prestasi kemahasiswaan adalah menyiapkan peserta didik agar menjadi lulusan yang kompetitif, inovatif, dan berkarakter sehingga mereka siap memasuki dunia kerja dan merespons tantangan kehidupan yang sesungguhnya.
Sebagai catatan, mahasiswa saat memasuki jenjang pendidikan tinggi harus melewati tiga fase, yakni: fase adaptasi, fase prestasi, dan fase profesi. “Berprestasi” merupakan satu dari tiga fase krusial yang harus dilalui lulusan perguruan tinggi dengan baik. Kegagalan di salah satu fase tersebut akan berakibat pada ketidakberhasilan dalam mencetak lulusan yang berkarakter, unggul, dan kompetitif.
Kebanggaan dari Prestasi Kemahasiswaan
Dibanding bidang-bidang lain, kinerja kemahasiswaan UM relatif stabil, bagus dan mantap. Meskipun selalu ada ruang evaluasi untuk perbaikan dan peningkatan diri di masa mendatang.
Di antara prestasi menonjol di sepanjang tahun 2019 ini adalah torehan quadtrick kafilah UM di ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Mahasiswa Nasional XVI, (26/7-4/8) lalu di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Secara mengagumkan kafilah UM menjadi kampium juara umum untuk kali keempat secara beruntun, melengkapi capaian juara umum di ajang MTQ Mahasiswa Nasional (MTQMN) sebelumnya (2013 di Padang Sumatera Barat, 2015 di Universitas Indonesia Depok, dan 2017 di Malang).
Tidak hanya di MTQMN, di event resmi Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristekdikti lainnya, yakni Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-32 tahun 2019 di Denpasar Bali, kontingen UM mampu menempati rangking delapan dalam klasemen akhir, memperbaiki capaian UM di tahun 2018 yang hanya menduduki rangking 12. Di major events bergengsi lainnya, duta-duta UM juga meraih prestasi-prestasi yang layak mendapat apresiasi tinggi. Prestasi-prestasi kemahasiswaan yang membanggakan di atas diyakini menjadi sarana promosi yang efektif guna meningkatkan citra positif institusi, sekaligus membangun atmosfer kondusif dalam menggelorakan spirit berprestasi dari seluruh sivitas akademika UM.
Now or Never
Dalam sebuah kalam hikmah dinyatakan: “Man lam yu’thi fi syababihi, qallama yu’thi fi baqiyyati ‘umrihi” (pemuda yang tidak menorehkan prestasi di masa mudanya, sangat sulit diharapkan untuk berprestasi di sisa umurnya). Kalam hikmah ini mengingatkan bahwa usia mahasiswa adalah usia emas (golden age). Oleh karena itu, senyampang badan dan pikiran masih prima, serta mempunyai banyak waktu luang, mahasiswa harus mendorong diri sekuat tenaga, disertai dengan hasrat dan kemauan yang kuat untuk menangkap peluang guna menorehkan prestasi yang gemilang!
Dalam konteks semangat prestasi itulah, majalah Komunikasi edisi ini meliput secara khusus capaian prestisius kafilah UM yang mencetak quadtrick juara umum MTQMN empat kali beruntun. Semoga menginspirasi!
Hidup mahasiswa!
Jayalah UM!
Majulah Indonesiaku!


Penulis adalah Wakil Dekan III Fakultas Sastra dan Anggota Penyunting Majalah Komunikasi UM