Turut memeriahkan peringatan Imlek, Pusat Bahasa Mandarin Universitas Negeri Malang (UM) gelar kembali Lomba Drama bertema “Dongeng Tiongkok” pada Sabtu, (1/2). Sebelum pelaksanaan, panitia sudah membuka pendaftaran sejak Desember hingga 8 Januari lalu. Ada lima peserta yang terdaftar, baik dari kalangan mahasiswa maupun siswa. SMA Nurul Jadid menjadi satu-satunya peserta tingkat sekolah, disusuk dengan Universitas Brawijaya yang mengirimkan 2 kelompok, dan mahasiwa UM sebagai tuan rumah yang juga turut andil menjadi peserta.

Acara pagi itu dibuka dengan penampilan barongsai yang diiringi tambur dan cymbal. Tanpa menghilangkan unsur budaya Indonesia, pada saat acara juga ditampilkan tarian daerah Sunda, tari Genjring, yang dibawakan oleh mahasiswi progam studi bahasa Mandarin. Evi Eliyanah , S.S., M.A., Ph.D., Direktur Kantor Hubungan Internasional UM dalam sambutannya mengatakan bahwa perayaan Imlek juga penting dirayakan untuk menghargai keberagaman. Durasi setiap drama yang ditampilkan berkisan antara 15-25 menit. Sesekali panitia menyisipkan modern dance persembahan mahasiswi UM maupun mahasiswa pertukaran pelajar dari Guangxi University. Ada pula aksi bela diri wushu, peragaan busana Tiongkok, serta berbagai tarian khas Tiongkok dan Indonesia.

Di akhir acara panitia mengumumkan Lomba Dongeng ini. Juara harapan diraih oleh Universitas Brawijaya yang juga menyabet aktor terfavorit, juara 3 diraih oleh UM angkatan 2019, juara 2 diraih oleh UM angkatan 2018. Tim ini juga membawa pulang penghargaan aktris terfavorit. Sedangkan juara 1 disabet oleh SMA Nurul Jadid yang juga membawa predikat cerita terpopuler dengan ide cerita mengambil dari pepatah Tiongkok.

Ekspresi kebahagiaan terpancar dari wajah Muhammad Haikal Hafif Ramdani dan peserta dari SMA Nurul Jadid lainnya. “Merasa senang karena perjuangannya tidak sia-sia, dari mulai buat properti yang dilakukan dari pagi sampe malam, akhirnya menang,” ungkap Haikal. “Jika ada kesempatan lagi akan ikut berpartisipasi lagi,” tambahnya. Khoder, salah satu guru SMA Nurul Jadid mengapresiasi kegiatan Lomba Drama Tiongkok ini. Dari lomba tersebut dia dan murid-muridnya bisa belajar budaya Tiongkok dan ikut menyemarakkan Imlek. “Dari kegiatan ini kreativitas anak terasah dan terus termotivasi untuk berkompetisi. Menang atau kalah itu biasa, namun yang penting prosesnya untuk mengolah kreativitas agar bisa menciptakan karya terbaik,” tuturnya.Caecilia