Menghadirkan tajuk “Arung Tarung”, Unit Kegiatan Mahasiswa Sanggar Minat (UKM Samin) Universitas Negeri Malang (UM) menggelar Pameran Diklat ke-27 selama tiga hari (13-15/03). Pameran yang diselenggarakan di Gedung Dewan Kesenian Malang (DKM) tersebut menyuguhkan karya seni buatan anggota baru UKM Samin. Jonathan selaku ketua pelaksana mengungkapkan, pameran ini diadakan sebagai sarana belajar para anggota baru dalam berorganisasi, berkarya, serta menyelenggarakan pameran.

Sejumlah 42 karya yang ditampilkan dalam pameran ini menyampaikan respons serta pesan dalam mempersiapkan kemungkinan terburuk masalah terkini. “Arung Tarung artinya ‘mengarungi pertarungan’. Pertarungan yang dimaksud yaitu kondisi lingkungan dan sosial zaman sekarang, misalnya persebaran hoaks yang cepat atau ancaman persebaran penyakit di balik kemudahan transportasi,” terang Jonathan ketika diwawancara kru Komunikasi. Karya seni yang ditampilkan pun beragam, mulai dari karya seni 2 dan 3 dimensi, bahkan karya yang dipadukan dengan seni digital.

Dalam proses pembuatan karya, para anggota baru UKM Samin dibimbing oleh senior mereka. “Para senior membantu kami mulai dari berkonsultasi mengenai konsep, cara berkarya, sampai teknik display,” tutur ketua pelaksana. Mahasiswa yang akrab dengan sapaan Jo tersebut juga menerangkan bahwa penyelenggaraan pameran diklat tahun ini berbeda dengan sebelumnya. “Dilihat dari konsep, pameran tahun ini terkesan lebih berat,” ungkapnya. Pameran tahun sebelumnya sekadar mempererat hubungan antaranggota, sedangkan kali ini peserta dituntut menyampaikan respons terhadap permasalahan yang ada. Tempat penyelenggaraan pameran pun juga berada di luar kampus, berbeda dengan penyelenggaraan beberapa tahun sebelumnya. “Saat ini kami sudah diminta menyelenggarakan pameran di luar kampus dan kebetulan DKM ini merupakan UKM Samin

Selama tiga hari pelaksanaan, pameran ini tidak hanya menampilkan karya seni anggota UKM Samin, tetapi juga menghadirkan hiburan lain. Di hari pertama acara dibuka dengan art performance serta live akustik. Pada hari kedua dilaksanakan sarasehan serta bedah karya. Hari terakhir dimeriahkan oleh penampilan band. Jo juga menambahkan bahwa sistem ticketing tidak diberlakukan dalam penyelenggaraan pameran ini. “Tanggapan masyarakat di Kota Malang terhadap seni bisa dikatakan masih dalam tahap berkembang. Oleh karena itu, kami sebagai pelaku seni juga harus mengedukasi masyarakat melalui pameran ini,” ujarnya. “Kami menemui banyak masalah, tetapi masalahmasalah tersebut juga memberi inspirasi pada karya kami. Itulah semangat Arung Tarung, kita mempersiapkan kondisi terburuk sambil mencoba mengembangkan potensi diri di tengah hadirnya masalah supaya menjadi pribadi yang lebih baik,” pungkasnya. Zahirah