Prestasi membanggakan diraih oleh Universitas Negeri Malang (UM) lagi pada 2020 ini. Tak tanggung-tanggung, Bidang Kemahasiswaan UM berhasil menduduki peringkat ke-7 nasional dalam pemeringkatan Sistem Informasi Manajemen Pemeringkatan Kemahasiswaan atau yang lebih dikenal Simkatmawa. Peningkatan yang sangat pesat karena sebelumnya Kemahasiswaan UM menduduki peringkat ke-19. Prestasi ini menyusul penobatan UM sebagai perguruan tinggi klaster satu terbaik di Indonesia. Lalu, apa saja upaya yang dilakukan oleh Bidang Kemahasiswaan UM untuk meraih peringkat ke-7 tersebut? Berikut ulasannya.

Tanggapan UM Terhadap Prestasi Bidang Bidang Kemahasiswaan

Prestasi terbaik UM di Bidang Kemahasiswaan tahun ini merupakan prestasi tertinggi sepanjang sejarah. Pada 2018 Kemahasiswaan UM berada di peringkat 12. Atas prestasinya tersebut, UM mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif, terutama mahasiswa. Sebab, pemeringkatan ini hampir 60% disumbang oleh prestasi mahasiswa. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada para wakil dekan III, dosen pembina dan tenaga pendidikan (tendik) yang sudah memperlancar pencapaian prestasi. Rasa syukur juga diucapkan oleh Kepala Bagian Kemahasiswaan, Drs. Taat Setyohadi. “Alhamdulillah, upaya kita kali ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan,” ucapnya.

“Alhamdulillah kita punya banyak tabungan prestasi sejak Januari sampai Desember 2019. Artinya, lembaga sangat mengapresiasi walaupun secara porsi kita mengambil peran dalam item output dan outcome di penilaian,” terang Hendra Susanto selaku staf ahli Wakil Rektor (WR) III UM. Menurut Hendra, kendala saat ini ada pada pengorganisasian data. Pengorganisasian data menjadi hal yang sangat penting karena data-data yang terinput dalam sistem digunakan sebagai report pengajuan kepada kementerian.

Menanggapi prestasi Kemahasiswaan UM kali ini, Wakil Rektor III UM, Dr. Mu’arifin, M.Pd. berpesan agar UM jangan sampai terlena oleh prestasi yang telah diraih. “UM harus memasang strategi untuk menjadi lebih baik lagi. Strategi baru harus disusun agar tidak terlena dengan prestasi yang sudah diraih. Sebab, mempertahankan lebih sulit daripada mencapainya,” ungkap Mu’arifin saat diwawancara.

Indikator Penilaian Simkatmawa

Ada empat parameter yang dinilai dalam Simkatmawa, yaitu institusi, nonkompetisi, kompetisi mandiri, dan kompetisi Belmawa. Dari keempat parameter tersebut yang memiliki bobot tertinggi adalah kompetisi yang diselenggarakan oleh Belmawa atau kementerian. Ada 22 event nasional dan 6 event internasional yang memiliki bobot 40%. Sedangkan, ketiga parameter yang lain memiliki bobot masing-masing 20%.

Prestasi-prestasi yang diraih mahasiswa UM selama ini diakui menyumbang banyak dalam penilaian tersebut. UM pernah menjadi juara umum empat kali berturut-turut pada Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) yang termasuk kompetisi Belmawa. Tidak hanya itu, UM juga turut serta pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas), Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia (KDMI), Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE), dll. “Totalnya ada 22 event dan alhamdulillah UM berprestasi dalam kompetisi-kompetisi yang berbobot tinggi,” ungkap Mu’arifin dengan bangga.

Selain kompetisi, poin lain yang dinilai adalah institusi. Penilaian institusi memiliki bobot 20%. Penilaian dititikberatkan pada kinerja institusi dalam memfasilitasi dan mendukung kegiatan kemahasiswaan. “Jadi, penilaiannya pada bagaimana institusi kita mensupport seluruh kegiatan kemahasiswaan,” jelas Taat.

Adapun penilaian nonkompetisi dibagi menjadi lima. Pertama, rekognisi terkait prestasi mahasiswa yang berhubungan dengan paten, mencatatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), menjadi pemakalah, pelatih, dan juri. Rekogini mensyaratkan 50 entrian yang harus dipenuhi. Jika kelima puluh entrian data tersebut valid maka skornya akan terpenuhi.

Kedua, mahasiswa berwirausaha. Ada persyaratan yang sedikit sulit di penilaian karena minimal 1% dari jumlah total 36.000—37.000 mahasiswa harus berwirausaha. “Di rekognisi sendiri kita memiliki data masuk sebanyak 198 item dan sudah dinilai oleh pusat. Data mahasiswa berwirausaha totalnya yang masuk lebih dari 400 data,” terang Hendra.

Taat menambahkan, walaupun tidak semua wirausaha mahasiswa tersebut sukses, tetapi mereka telah menyumbangkan prestasi di tingkat nasional. “Di antara itu ada yang memberikan kontribusi dan menjuarai Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) di Batam,” tutur Taat.

Ketiga, pertukaran mahasiswa. Ada syarat minimal juga dalam pertukaran mahasiswa, yaitu sebanyak 1% dari jumlah total mahasiswa UM. UM wajib mengeluarkan dan menerima mahasiswa nasional maupun internasional. Pertukaran mahasiswa melalui dua jalur, yaitu mahasiswa yang masuk ke UM dan mahasiswa UM yang keluar dengan jumlah minimal 400 mahasiswa.

Keempat, pengabdian masyarakat yang juga minimal 1% dari jumlah total mahasiswa UM. “Jadi beberapa mahasiswa yang melakukan pengabdian di tingkat nasional juga ada. Kalau dulu namanya Program Hibah Bina Desa (PHBD), sekarang Program Holistik Pengembangan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D). Dari sekian kelompok yang naik ada yang diberi dana,” ulas Taat.

Kelima, kegiatan pembinaan mental kebangsaan yang merupakan kegiatan terbaru UM. Di sini ada delapan item kegiatan, di antaranya soft skill, kampanye antinarkoba, kampanya green campus, kampanye anti perundungan dan kekerasan seksual atau bullying, dan kampanye nasionalisme diklat bela negara. Delapan item ini masing-masing skornya harus 15. Pembedanya pada tingkat pelaksanaan. Semua porsi untuk kegiatan nonlomba prosentasenya 20%.

Prosentase 20% berikutnya adalah kegiatan mandiri yang berasal dari peserta dan juara. Peserta memiliki skor yang kecil, sekitar 0,76. Tidak ada batasan untuk input data di kegiatan mandiri ini. Tahun lalu UM menginput sekitar 865 data. Dari semua komponen itu kalau sudah ditotal akan muncul skor maksimal dari penilaian pada Bidang Kemahasiswaan.

Upaya Bidang Kemahasiswaan dalam Meningkatkan Kinerja

Pertama, sejak saat ini UM telah mengarahkan program kerja kemahasiswaan pada Simkatmawa. Jika universitas meraih prestasi tinggi sesuai dengan keempat parameter yang dijelaskan di atas, universitas tersebut dianggap bagus. “Kita mencoba memberikan arahan dan pilar untuk masing-masing kategori. Jadi, misalnya untuk penalaran kita punya sendiri tim penalaran,” kata Taat.

Kedua, kerja keras, cerdas, dan ikhlas. Kerja keras artinya UM bekerja keras dalam mencapai empat parameter sebelumnya dengan cara memotivasi dan memfasilitasi komponen yang ada di Kemahasiswaan UM agar aktif mengikuti dan menyelenggarakan kompetisi. “Kalau kita menjadi tuan rumah kompetisi juga ada nilai tambahnya,” jelas Hendra, dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan tersebut. Kerja cerdas, UM harus mengkaji dan memahami cara perolehan kemenangan yang diinginkan dalam Simkatmawa. UM juga harus cerdas mensinergikan unit-unitnya. “Sebab dari pengalaman peringkat UM yang jeblok kemarin, unit-unit yang ada di UM tidak sinergi. Misalnya dalam pengambilan data untuk pemeringkatan, semua disinergikan menjadi satu di Pusat Teknologi dan Informasi Komunikasi (PTIK) UM,” tambahnya. Kerja ikhlas bermakna semangat dan gigih dalam menunjukkan kinerja yang baik.

UM sudah mulai merancang beberapa peraturan rektor untuk bisa mengakomodir kerja keras mahasiwa dan dosen pendamping. Peraturan pertama, membebaskan mahasiswa untuk berkreasi dan berprestasi, salah satunya dengan adanya Gerakan Mahasiswa Berkarya Satu Karya Satu Tahun (Gemakarsata). Kedua, UM menyediakan Simawa agar semua prestasi terekam. Semua prestasi akan dihargai dengan pemberian rekognisi karya prestasi mahasiswa. “Saat ini dikenalkan kepada mahasiswa baru di PKKMB. Mahasiswa-mahasiswa yang berprestasi harapannya bisa direkognisi dan dipertimbangkan sebagai bahan untuk ujian skripsi. Tetapi, tetap ada di dalam peraturan rektor yang ditetapkan,” ujar Hendra. Ketiga, membuat pemetaan kinerja. Seluruh ormawa di UM harus menggunakan model kinerja berbasis kontrak untuk melihat program kerja (proker) yang dijalankan mendukung isian Simkatmawa atau tidak. Keempat, pembentukan tim pengembang dari setiap kompetisi yang akan diikuti oleh mahasiswa UM dalam bidang kemahasiswaan.

Ada tiga program yang dirancang untuk menggelorakan kegiatan kemahasiswaan. Pertama, empat komponen prestasi yang terdiri atas sertifikat kompetensi, piagam prestasi dan penghargaan, pengembangan diri. Hasil karya ini nantinya bisa diunggah di Simawa. Kedua, optimalisasi kinerja organisasi kemahasiswaan (ormawa) dengan dibuatnya Siormawa. Ketiga, Gemakarsata sebagai inisiasi mahasiswa wajib minimal satu karya satu tahun. “Siormawa masih dirancang. Sistemnya untuk merekam rencana prokernya ormawa, pelaksanaannya, dan hasilnya. Semua itu kita pantau,” ujar nahkoda bidang kemahasiswaan. Produk ini berlaku untuk semua ormawa, baik di dataran universitas maupun tingkat fakultas dan prodi.

Berkolaborasi, berkreasi, bawa pulang prestasi
Pribadi dok.

Dampak Perolehan Peringkat Bidang Kemahasiswaan UM

Prestasi tersebut tentunya menunjang prestise UM yang sekarang berada di klaster satu universitas bergengsi. Hal ini juga menunjukkan bahwa UM merupakan perguruan tinggi yang mendekati visi misinya menjadi unggul dan rujukan. “Targetnya, UM secara masuk pada klaster satu berada pada peringkat 13. Kalau kemahasiswaan kita ikut saja masuk klaster satu di rangking 13. Namun, karena ada kerja keras, cerdas, dan ikhlas kita melonjak menjadi peringkat tujuh. Jadi, UM sudah melampaui target yang diinginkan,” terang Mu’arifin.

Sistem Kinerja Bidang Kemahasiswaan UM

Pola pembinaan yang dilakukan oleh bidang kemahasiswaan UM tidak sekadar untuk kompetisi, tetapi juga untuk kepentingan lain. Berdasarkan statuta berdirinya, program kemahasiswaaan ada untuk membentuk mahasiswa yang berbudaya dan berkarakter, sehingga didirikanlah organisasi kemahasiswaan (ormawa). “Harapannya, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang sifatnya progresif, bekerja dan berprestasi itu kita fasilitasi. Sebab yang terjadi saat ini mahasiswa yang berprestasi dalam kegiatan kompetisi tidak tergabung di ormawa,” imbuh Hendra.

Komunikasi dok.

Pembinaan para mahasiswa ini nanti menggunakan sistem input, proses, dan output. Inputnya merupakan calon mahasiswa yang berasal dari lulusan sekolah yang memiliki potensial. Input yang bagus diproses melalui pembinaan di UM dengan tiga tahap: adaptasi, aktualisasi dan prestasi, serta profesi. Tahap adaptasi berada di semester satu dan dua, salah satunya mengenalkan ormawa saat PKKMB. Selanjutnya, proses aktualisasi bidang kemahasiswaan yang sesuai. Bidang kemahasiswaan ada bermacam-macam: penalaran, bakat minat, kesejahteraan, dan keagamaan. Ini dilakukan di semester tiga sampai tujuh. Ketika semester delapan sudah masuk tahap profesi. Mahasiswa tidak terlalu aktif lagi di dunia kemahasiswaan, fokus untuk memikirkan profesinya. Bidang III UM juga bertanggung jawab agar lulusan UM mudah terserap di dunia kerja dengan masa tunggu tidak sampai enam bulan. Bidang profesi dibantu oleh Ikatan Alumni (IKA) bisa mengadakan job fair.

Peran Mahasiswa dalam Pemeringkatan Bidang Kemahasiswaan UM

Komunikasi dok. ahasiswa menjadi bagian paling berperan dalam peraihan prestasi bidang kemahasiswaan karena 60% yang berkompetisi  adalah mahasiswa. Fungsi dosen dan tendik hanya memotivasi dan memfasilitasi dengan tiga masalah besar yang mencakup apresiasi, rekognisi, dan layanan khusus. Pertama, mahasiswa yang membawa nama harum UM harus diapresiasi, seperti dalam bentuk hadiah fresh money, pembebasan Uang Kuliah Tunggal (UKT), dan beasiswa. Kedua, rekognisi atau pengakuan prestasi mahasiswa dihargai dengan mekanisme tertentu. Seperti para mahasiswa yang sukses dalam Pimnas karyanya diakui setara dengan skripsi. Ketiga, layanan khusus berupa layanan akademik khusus. “Lalu bagaimana dengan kondisi yang terjadi? terkadang dimarahi dan tidak diluluskan oleh dosen mata kuliah yang bersangkutan. Maka dari itu kita memberikan layanan khusus kepada mahasiswa yang berkompetisi berbeda dengan mahasiswa biasa,” tambah Mu’arifin kepada kru Komunikasi.

Diakui oleh Mu’arifin, adanya legacy atau warisan seperti pada MTQ, PKM, dan KMHE menjadi contoh yang bagus. Senior yang berprestasi membina adik-adiknya. “Namun, harus ada pendekatan yang melembaga karena saat ini masih secara personal,” ungkap Mu’arifin. Dia menambahkan, ormawa harusnya dapat hidup dalam kegiatan seperti ini, tidak hanya asyik di dunianya sendiri. Kinerja mereka harus diarahkan sesuai dengan Simkatmawa.

Dukungan UM pada Bidang Kemahasiswaan

Dukungan UM ada dua macam, memotivasi dan memfasilitasi. Motivasi ada dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berupa penghargaan. Pertama, dalam bentuk dukungan pada proses adaptasi, aktualisasi dan prestasi, dan profesi. Cara ini menggelorakan semangat mahasiswa dalam bidang kemahasiswaan. Kedua, pengadaan lomba yang serupa dengan milik Belmawa di lingkup UM untuk mencari bibit unggul. “MTQ, KDMI, KMHE, PKM juga dilaksanakan secara mini di UM,” ujar Mu’arifin. Ketiga, peran dosen sebagai pendamping akan dioptimalkan.

Kemahasiswaan UM membuka pintu bagi civitas UM yang ingin mengembangkan unit kegiatan baru, tim pengembang teknologi yang bernuansa di bidang teknologi khususnya. “Saya menantang mahasiswa untuk mendirikan UKM yang relate dengan kehidupan sekarang, misalnya UKM Tekno,” harap Mu’arifin. Unit tersebut diharapkan bisa mewadahi potensi mahasiswa dalam bidang teknologi. Pihaknya menyakini mahasiswa yang mengikuti lomba dan berprestasi tidak akan canggung di dunia kerja nanti. Mahasiswa saat lulus akan mendapatkan SKPI. “SKPI ada empat komponen, yaitu sertifikat kompetensi, piagam prestasi dan penghargaan, pengembangan diri, dan hasil karya,” jelas Mu’arifin. Dengan adanya SKPI ini dapat diketahui mahasiswa tersebut aktif dalam bidang kemahasiswaan atau tidak.

Dalam hal memfasilitasi, UM memberikan payung hukum. Peraturan rektor yang lebih memihak dan membantu mahasiswa bisa turut memaksimalkan potensi mereka. “Mengapresiasi prestasi mereka baik dari sisi akademik maupun nonakademik, harapannya bisa sedikit membuat keseimbangan,” kata Mu’arifin.

Target Setelah Ini?

Saat ini terdapat syarat berat dalam penilaian bidang kemahasiswaan, minimal harus mengikuti kompetisi nasional. Rencananya, mulai tahun depan seluruh kegiatan kemahasiswaan wajib bertaraf nasional. Kegiatan Belmawa menjadi prioritas utama UM. Kompetisi mandiri menjadi target berikutnya. Kegiatan pembinaan mental kebangsaan menjadi fokus pada kategori kegiatan nonlomba. “Kalau untuk pengabdian masyarakat masih bisa mengikutkan mahasiswa di kegiatan pengabdian dan penelitian yang dilakukan oleh dosen-dosen UM. Poin yang sedikit berat adalah bidang pertukaran mahasiswa. Sebab, tidak memungkinkan pertukaran mahasiswa dilakukan secara daring, harus ada mobility exchange,” ulas Hendra.

Target yang dicapai saat ini dinilai di luar dugaan. “Maka yang dipikirkan sekarang adalah minimal atau terget besar tetap mempertahankan posisi berada di top ten, tidak turun Komunikasi lagi. Kalau bisa naik satu strip lagi merupakan prestasi yang sangat membanggakan,” tutur Hendra optimis.

Penggunaan teori aji mumpung dinilai perlu oleh Mua’arifin. Saat masih mahasiswa diharapkan memanfaatkan segala fasilitas yang ada. “Mumpung aku jadi mahasiswa aku akan belajar semaksimal mungkin. saya akan memanfaatkan fasilitas yang ada di UM, baik akademik maupun nonakademik, aktif mengikuti ormawa tidak menjadi mahasiswa yang D100 (baca: duduk, diam, dlongap-dlongop, dst.),” kata Mu’arifin. Aktif ada dua dalam versi bapaknya mahasiswa ini, aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan dan berkompetisi atau aktif menyelenggarakan kompetisi. Tujuannya, agar saat sudah lulus mahasiswa tidak kaget dengan dunia kerja. “Sebab ormawa sebagai sarana untuk melatih soft skill mahasiswa setelah lulus dan dapat digunakan di dunia kerja. Jadi, gunakan teori aji mumpung, tetapi aji mumpung yang konstruktif,” ungkapnya.

Pesan lainnya turut disampaikan oleh Hendra. Mahasiswa selama kuliah diharapkan tidak melupakan potensi yang dimilikinya. “Potensi yang dimiliki apa dan mampu itu kerjakan, jadi Gemakarsata itu maksmimalkan potensi sekecil apa pun yang dimiliki dengan mengaktualisasikan dirinya,” kata Hendra. Penunjukan potensi bisa dilakukan di mana saja, tidak hanya dalam lingkungan UM. “Kalau mampu berkompetisi, sharing, mencari penghargaan, dan berprestasi di luar, itu yang kita kejar. Sebab, prinsip kesejajaran kita memiliki peluang yang sama di luar sana,” imbuhnya. Hal ini penting karena UM sudah menjamin dengan adanya peraturan rektor yang membantu mahasiswa diapresiasi dalam bentuk finansial atau akademis.

Agar segala apa yang telah diperoleh tidak hilang, semua harus direkam di Simawa yang akan masuk ke SKPI. “Itu sebagai bukti kinerjanya mahasiswanya selama kuliah, nantinya juga bermanfaat di kehidupan mereka selanjutnya. Sebab, orang lain melihat diri seorang dari kapabilitasnya, bukan hanya pengalaman kuliahnya,” tutur Hendra. Harapannya, ormawa juga tidak tidur dan tidak diam di dalam tempurung. “Ayo buktikan ormawa di UM bisa bekerja semaksimal mungkin sehingga bisa mengangkat nama baik ormawa dan UM,” pungkasnya.

Irkhamin/Tanzilla