by nida | Jun 15, 2015 | rancak budaya
Riuh rendah suara ranting bambu berderit memukul-mukul kaca jendela. Segerombol awan yang mengelabu meliuk-liuk seolah sedang berdansa di depanku. Angin semilir seakan tak lelah membelai wajahku yang kini semakin basah. Kulihat jarum infus masih tertancap kuat di...
by nida | Jun 15, 2015 | rancak budaya
Kerudung Lembayungnya tak pernah selugu itu Pernah suatu ketika ia begitu perdu dan beku di waktu yang sama Hembusan angin musim panas melucuti diam-diam Tidak peduli orang akan berpendapat macam apa tentangnya Doa Malam Tirai malam luluh melingkupi semestaku Hanya...
by nida | Jun 15, 2015 | rancak budaya
Oleh Tri Wibowo Probo Bangunan tua merah merekah ditimpuk malam yang menjelang muram, kulitnya usang memanggul barisan atap berwarnakan kelabu. Desir tubuhku bercampur hembusan nafas manusia menjemukan bagi penghirupnya. Meskipun malam telah larut bersama desingan...
by nida | Jun 15, 2015 | rancak budaya
Malam yang Mengutukmu Menjadi Kunang-kunang Engkau berjalan tergesah Tergopoh sambil resah menggelayut Sekujur tubuh Tiba-tiba lungsur Suatu malam Menjadikanmu kunang-kunang Seperti banyak orang berkata Kunang-kunang terbang dari jemari Dari serpihan kuku Yang tidak...
by nida | Jun 15, 2015 | rancak budaya
Oleh Novia Anggraini Sejak pertama kali bertemu dengannya, engkau sudah tahu bahwa ia bukanlah tipe lelaki yang akan mengizinkan perempuan biasa tanpa suatu keistimewaan apa-apa: mencintainya. Kau bertemu dengannya–kalau bisa dibilang bertemu, atau melihat lebih...
by nida | Dec 19, 2014 | rancak budaya
Oleh M. Nur Fahrul Lukmanul Khakim Beberapa pelaut sulit menemukanku dalam peta, tapi mereka tahu keindahanku akan menyeduh ingatan sepanjang masa. Di pulau ini, darah dan burung yang bercengkrama menerbitkan bulir kekaguman. Para teman-temanku di sini manusia baik,...