Siapa yang tak kenal Jokowi? Presiden terpilih RI yang menjadi sosok fenomenal tahun ini. Pembawaannya yang sederhana dan hobi blusukan ke berbagai wilayah menjadikan sosoknya semakin digandrungi dan dikagumi masyarakat berbagai kelas sosial. Popularitas inilah yang dimanfaatkan oleh K2K Picture untuk mengangkat kisah Jokowi ke layar lebar.

Film ini dibintangi oleh Teuku Rifnu Wikana yang berperan sebagai Jokowi dan Prisia Nasution sebagai Iriana, istri Jokowi. Film besutan sutradara Anzhar Kinoi Lubis ini bercerita tentang perjalanan hidup Jokowi yang berliku sejak kecil.

Joko Widodo lahir di Surakarta, 21 Juni 1961 dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomihardjo. Jokowi lahir dari keluarga sederhana, walaupun ayahnya adalah keturunan priyai.

Pada awal kisah dalam film ini, diceritakan kondisi keluarga Jokowi yang sangat memprihatinkan. Rumah yang didiami oleh kedua orang tuanya sangat jauh dari kata layak. Dalam proses persalinan Jokowi pun, ayahnya nyaris ditangkap oleh petugas pemerintah karena dianggap sebagai pedangan pasar liar. Tetapi karena salah satu petugas tersebut mengenal bapak Noto Mihardjo, maka beliau dilepaskan. Tidak sampai disitu saja penderitaan kedua orang tua Jokowi, mereka terpaksa meninggalkan kontrakan karena kesulitan biaya. Jokowi kecil dan kedua orang tuanya harus ikhlas basah kuyub karena hujan deras mengguyur saat mereka bergegas mencari rumah baru. Wajah sedih dan dan khawatir nampak jelas dari wajah Sujiatmi Notomihardjo saat berusaha menutupi tubuh Jokowi dengan selimut seadanya.

Ketika orang tua Jokowi berteduh di warung kecil, datanglah seorang laki-laki yang iba melihat Jokowi sedikit basah karena tetesan hujan dari atas atap warung. Orang tersebut menawarkan rumah singgah bagi Jokowi dan kedua orang tuanya. Namun tak beberapa lama, kedua orang Jokowi pergi meninggalkan rumah tersebut karena situasi yang tidak kondusif.

Setelah berusaha mencari tempat singgah baru, akhirnya  orang tua Jokowi mendapat sebuah rumah kontrakan baru. Pemilik rumah itu beragama katholik. Dari sinilah Jokowi diajarkan oleh kedua orang tuannya untuk bertoleransi dalam dalam membangung kehidupan beragama.

Jokowi kecil tumbuh dengan kesederhanaa. Dia merupakan siswa yang berprestasi. Sejak kecil Jokowi anti menerima suap. Dalam film diceritakan bahwa Jokowi menolak menerima uang dari temannya. Uang tersebut merupakan uang sogokan agar Jokowi tidak melapor kepada guru mengajinya, bahwa sebagian temannya membolos. Selain sosoknya yang jujur dan santun, Jokowi adalah penggemar berat lagu rock. Dia rela menabung dari uang sakunya untuk membeli kaset rock favoritnya.

Beranjak dewasa, selepas bangku SMA, Jokowi melanjutnya kuliahnya ke UGM . dengan bantuan dana dari kakek dan saudara ayahnya. Jokowi tidak pernah menyianyiakan kesempatan tersebut. Dia berjuang dan berdoa hingga menjadi mahasiswa berprestasi di UGM.

Suatu ketika Jokowi pulang ke Surakarta untuk bertemu kedua orang tuanya karena rasa rindu yang dia pendam selama bersekolah di Yogyakarta. Tak diduga, Jokowi bertemu Iriana yang saat itu merupakan sahabat dari adiknya. ‘Cinta Pandangan Pertama’ itulah yang dirasakan Jokowi kala bertemu Iriana untuk pertama kalinya.

Iriana merupakan gadis yang cantik. Banyak laki-laki yang mendekat berniat untuk melamarnya. Semua laki-laki yang hendak melamar Iriana memiliki status sosial yang tinggi. Tak pelak hal itu membuat Jokowi kecil hati, dia tidak yakin akan mendapatkan balasan cinta Iriana. Namun sang ayah mengingatkan ‘tak perlu kaya, asal memiliki hati yang jujur dan kesungguhan’. Ungkapan itu yang menjadikan Jokowi mantap untuk menyatakan perasaannya pada Iriana. Tuhan pun memberi restu pada harapannya. Jokowi berhasil memenangkan hati Iriana sekaligus menjadikannya sebagai cinta pertama dan terakhirnya.

Sepeninggal ayahnya, Jokowi mewarisi perusahaan kayu milik keluarganya. Menjadi pengusaha bukanlah perkara mudah. Beberapa kali Jokowi tertipu oleh rekan bisnisnya. Sering kali para penipu itu menggunakan alamat palsu. Namun Jokowi pantang untuk menyerah. Dia terus berusaha hingga usaha kembali normal. Kegigihan tersebut ternyata tidak sia-sia. Perusahaan kayu PT. Rakabu milik Jokowi mendapatkan banyak pujian dari perusahaan asing karena kualitas kayu yang baik. Sukses sebagai pengusaha tidak membuat Jokowi cepas puas. Dia selalu mengingat pesan orang tuanya agar kehidupan hendaknya dimanfaatkan sebaik mungkin. ‘Jadilah orang yang bisa berguna bagi masyarakat’, ungkapan tersebut yang selalu Jokowi ingat. Dia keyakinan dan niat baik, Jokowi mulai melebarkan sayapnya pada ranah politik. Karir politiknya menjadi sejarah yang fenomenal. Jokowi pernah menjabat sebagai walikota Solo selama dua periode  (2005-2010) dan (2010-2015). Namun Jokowi memundurkan diri pada tanggal 1 Oktober 2012 sebagai walikota Surakarta untuk mengemban amanat pemimpin Jakarta.

Film Jokowi ini memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya berkaitan dengan logika peran. Dalam film, sosok ibu Jokowi yang diperankan oleh Ratna Riantiarno selalu nampak muda. Jika Jokowi kecil tumbuh dan dewasa dengan perubahan fisik yang jelas, lain hanya dengan ibu Jokowi. Dalam film, ibu Jokowi terlihat tidak mengalami perubahan sama sekali dalam segi penampilan, wajahnya tetap muda dari awal hingga akhir film. Hal ini sangat menggelikan. Tentu penonton dapat mengkritisi hal tersebut. Namun terlepas dari kekurangan yang ada, film yang bergenre drama biografi ini layak untuk anda tonton. Ada nilai positif yang bisa dipetik dari sosok Jokowi dalam film ini. Kita akan sadar bahwa sesungguhnya dibalik kesuksesan seorang Jokowi, ada air mata, keringat, usaha, dan doa untuk meraih kesuksesan yang saat ini kita bisa liat dari sosoknya. Pesan moral yang disampaikan dalam film ini sangat relevan dengan kondisi sosial masyrakat Indonesia. Generasi muda bangsa cenderung menyukai hal-hal yang instan. Mereka memiliki impian, namun tak jarang impian itu sifatnya pribadi, hanya untuk kesuksesan diri sendiri tanpa ada upaya memberdayakan sesama dan lingkungan. Ciri jaman modern seperti saat ini menunjukkan ciri manusia yang individualisme. Mayoritas orang bekerja keras untuk dirinya sendiri tanpa memperdulikan lingkungan sosial. Film Jokowi akan membawa kita pada tahap refleksi diri untuk berpikir dan merenung dan mencari jawaban dari sebuah pertanyaan, “Untuk apa kita hidup?”.

UYUNUN SAFIRA – Jokowi